Menu Close

Berita & Acara

Rahasia Perbedaan DC dan DRC yang Sering Diremehkan

Rahasia Perbedaan DC dan DRC yang Sering Diremehkan
Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp

Table of Contents

Transformasi digital telah mendorong perusahaan dari berbagai sektor untuk semakin bergantung pada sistem data yang andal dan selalu tersedia. Keberlangsungan operasional kini sangat ditentukan oleh kemampuan organisasi dalam mengelola data dan menjaga sistem tetap aktif meskipun terjadi gangguan. Banyak bisnis berfokus pada pembangunan Data Center (DC) sebagai fondasi infrastruktur teknologi, tetapi tidak sedikit yang mengabaikan peran penting Disaster Recovery Center (DRC) sebagai bagian dari strategi ketahanan digital.

Memahami perbedaan antara DC dan DRC bukan sekadar soal istilah teknis, tetapi tentang memahami dua pilar utama yang menjaga kelangsungan operasional bisnis di era digital. Keduanya memiliki peran berbeda, tetapi saling melengkapi, DC berfokus pada penyimpanan dan pengelolaan data utama, sementara DRC berperan penting sebagai sistem cadangan ketika terjadi gangguan atau bencana. Dengan memahami hubungan antara keduanya, perusahaan dapat membangun strategi infrastruktur IT yang lebih tangguh dan siap menghadapi situasi tak terduga.

Apa Perbedaan Utama Antara Data Center (DC) dan Disaster Recovery Center (DRC)?

Data Center (DC) berfungsi sebagai pusat utama penyimpanan, pengolahan, dan distribusi data yang mendukung seluruh aktivitas operasional bisnis. Seluruh sistem inti, mulai dari server aplikasi, basis data, hingga jaringan komunikasi, dijalankan di sini agar layanan perusahaan dapat beroperasi secara real-time dan konsisten.

Sementara itu, Disaster Recovery Center (DRC) berperan sebagai pusat cadangan yang berisi data-data dan konfigurasi sistem untuk operasional perusahaan yang berfungsi ketika DC utama mengalami gangguan. DRC menyimpan salinan data dan konfigurasi sistem dari DC yang diperbarui secara berkala, hal ini memungkinkan bisnis untuk tetap beroperasi tanpa kehilangan data penting.

Secara sederhana, DC menjaga kelancaran operasional harian, sedangkan DRC memastikan bisnis tetap berjalan dalam kondisi darurat. Tanpa kehadiran DRC, gangguan seperti bencana alam, hardware failure, atau serangan cyber dapat menyebabkan downtime yang berujung pada kerugian besar.

Mengapa Perusahaan Membutuhkan DC Sekaligus DRC?

Baik DC maupun DRC memiliki fungsi yang saling melengkapi. DC berperan menjalankan aktivitas utama, sedangkan DRC berfungsi sebagai sistem pemulihan ketika terjadi insiden. Tanpa DRC, perusahaan berisiko kehilangan data dan menghadapi waktu pemulihan yang sangat lama.

Beberapa alasan mengapa kedua sistem ini sama-sama penting antara lain:

  1. Menjamin Kelangsungan Bisnis (Business Continuity):

DRC memastikan layanan tetap tersedia ketika DC utama berhenti beroperasi.

  1. Perlindungan Terhadap Kehilangan Data:

Sistem replikasi dan backup memungkinkan data dipulihkan kapan pun terjadi gangguan.

  1. Kepatuhan Terhadap Regulasi:

Sektor keuangan, kesehatan, dan pemerintahan mewajibkan strategi disaster recovery yang aktif. Penggunaan Sovereign Cloud memastikan data tersimpan dan dikelola di Indonesia, sehingga keamanan dan kepatuhan terhadap regulasi tetap terjaga.

  1. Peningkatan Kepercayaan Pelanggan:

Pelanggan akan lebih yakin terhadap bisnis yang memiliki sistem cadangan yang kuat dan siap siaga.

Apakah DC Bisa Berfungsi Sebagai DRC?

Secara teknis, sebuah Data Center dapat berfungsi ganda sebagai Disaster Recovery Center (DRC) apabila dilengkapi dengan infrastruktur cadangan yang memadai, sistem backup otomatis, serta lokasi fisik yang terpisah dari pusat operasi utama. Dalam skenario ini, Data Center mampu menjalankan fungsi pemulihan darurat ketika terjadi gangguan, asalkan konektivitas dan sumber dayanya tetap terjaga.

Namun, pendekatan ini jarang menjadi pilihan ideal bagi sebagian besar perusahaan. Ketika DC dan DRC berada di lokasi yang sama atau berdekatan, risiko kerusakan akibat bencana alam, kebakaran, atau gangguan listrik besar tetap sangat tinggi. Jika satu lokasi terdampak, maka seluruh sistem, baik produksi maupun cadangan berpotensi gagal beroperasi.

Selain itu, menggabungkan dua fungsi sekaligus dalam satu pusat data memerlukan investasi besar dan pengelolaan yang rumit. Perusahaan harus menanggung biaya tambahan untuk hardware, jaringan redundant, hingga sumber daya manusia yang mampu memastikan ketersediaan sistem 24/7. Skalabilitasnya pun terbatas, karena penambahan kapasitas fisik membutuhkan waktu dan biaya signifikan.

Bagaimana Cara Kerja DC dan DRC Dalam Pemulihan Data?

Hubungan antara DC dan DRC berfokus pada proses replikasi dan pemulihan data. Secara umum, langkah-langkahnya meliputi:

  1. Replikasi Data:

Data dari DC utama dikirim secara aman ke DRC menggunakan koneksi terenkripsi, baik secara real-time maupun berkala.

  1. Pemantauan Sistem:

Aktivitas DC dan DRC terus dipantau agar setiap potensi gangguan dapat terdeteksi sejak dini.

  1. Failover:

Jika DC gagal berfungsi, sistem akan otomatis mengalihkan operasional ke DRC agar pelayanan tetap berjalan tanpa gangguan besar.

  1. Failback:

Setelah DC utama pulih, data dari DRC akan disinkronkan kembali ke sistem utama agar operasional normal dapat dilanjutkan.

Dengan mekanisme tersebut, waktu pemulihan menjadi lebih singkat, dan risiko kehilangan data dapat diminimalkan secara signifikan.

Apa Risiko Jika Perusahaan Hanya Memiliki DC Tanpa DRC?

Ketika perusahaan hanya mengandalkan satu pusat data tanpa cadangan, konsekuensinya bisa sangat serius. Risiko yang mungkin terjadi meliputi:

  • Downtime operasional berkepanjangan yang dapat menghentikan aktivitas bisnis.
  • Kehilangan data penting karena tidak ada salinan cadangan yang tersimpan di lokasi lain.
  • Kerugian finansial akibat terganggunya layanan atau hilangnya transaksi pelanggan.
  • Turunnya reputasi dan kepercayaan pelanggan terhadap keandalan sistem perusahaan.
  • Pelanggaran terhadap regulasi yang mewajibkan keberadaan sistem pemulihan data.

Dengan memiliki DRC yang andal, perusahaan dapat melindungi diri dari risiko-risiko tersebut dan memastikan kegiatan bisnis tetap berlanjut meskipun terjadi bencana atau gangguan besar.

Perbedaan DC dan DRC sering kali tampak sederhana, tetapi keduanya memiliki peran yang sangat berbeda dan sama pentingnya. DC menjaga stabilitas operasional sehari-hari, sementara DRC berfungsi sebagai sistem pertahanan ketika hal-hal tak terduga terjadi. Mengandalkan hanya satu tanpa yang lain dapat menempatkan bisnis pada risiko yang tidak perlu.

Untuk membantu bisnis membangun strategi pemulihan yang tangguh, Cloudeka menghadirkan Deka Vault DRC, solusi cloud-based backup dan disaster recovery yang memastikan keamanan data, pemulihan cepat, serta kepatuhan terhadap regulasi lokal.

Sebagai penyedia Sovereign Cloud, Cloudeka sepenuhnya mematuhi regulasi Indonesia, dengan infrastruktur dan teknologi yang berlokasi di dalam negeri serta dikelola oleh tenaga ahli lokal. Dengan demikian, data pelanggan dijamin tetap berada dan terlindungi di Indonesia.

Pelajari lebih lanjut dan mulai gunakan Deka Vault DRC melalui portal cmd.cloudeka.id untuk memperkuat sistem pemulihan data dan meningkatkan keandalan bisnis Anda.

Cloudeka adalah penyedia layanan Cloud yang berdiri sejak tahun 2011. Lahir dari perusahaan ICT ternama di tanah air, Lintasarta, menyediakan layanan Cloud baik untuk perusahaan besar maupun kecil-menengah.