Menu Close

Berita & Acara

5 Strategi Migrasi ke Cloud Computing

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp

Table of Contents

Ketika perusahaan Anda mempertimbangkan untuk migrasi aplikasinya ke layanan komputasi awan (Cloud Computing), perlu dipikirkan bagaimana migrasi ini akan dieksekusi. Secara umum, pengambil keputusan harus mempertimbangkan hal-hal seperti tuntutan kebutuhan organisasi, keterampilan staf IT internal, dan arsitektur aplikasi yang hendak dimigrasikan. Ini akan menentukan strategi yang akan dilaksanakan.

Gartner menyebutkan bahwa secara garis besar, ada lima strategi migrasi aplikasi yang dapat diambil: rehosting, refactor, revise, rebuild dan replaceRehosting memanfaatkan layanan IaaS (Infrastructure as a Service), sedangkan strategi refactor, revise dan rebuild pada dasarnya mengandalkan layanan PaaS (Platform as a Service). Perusahaan yang memutuskan strategi replace (mengganti aplikasi lama) akan menggunakan layanan SaaS (Software as a Service).

Baca juga: Tantangan dan Peluang Migrasi ke Cloud Computing pada Era New Normal

Tentunya strategi ini tidak kaku: mungkin pada awalnya perusahaan memilih strategi rehosting, namun kemudian memutuskan bahwa refactor atau replace akan lebih menguntungkan buat jangka panjang. Apa saja pertimbangan buat masing-masing strategi ini? Simak berikut.
 

1. Rehosting

Rehosting atau sering juga disebut sebagai lift-and-shift adalah penempatan aplikasi bisnis di infrastruktur baru, dalam hal ini layanan Cloud IaaS. Migrasi dengan cara ini tidak jauh beda dengan memindahkan aplikasi bisnis ke perangkat keras baru. Pengelola sistem mungkin perlu melakukan perubahan konfigurasi untuk penyesuaian dengan lingkungan Cloud Computing, namun tidak perlu merombak arsitektur aplikasi.

Karena paling mudah dan tidak banyak menuntut perubahan, rehosting banyak dipilih sebagai strategi migrasi oleh banyak perusahaan. Namun, karena aplikasi lama belum tentu dirancang dengan Cloud Computing, ada kemungkinan manfaat yang didapatkan juga tidak maksimal. 

2. Refactoring

Dengan strategi refactoring, perusahaan tidak lagi sekadar memindahkan aplikasi lama dari infrastruktur on-premise dan mengonfigurasi ulang, tetapi juga mengandalkan platform perangkat lunak dari penyedia layanan Cloud Computing. Karena dalam skema ini aplikasi lama akan menggunakan layanan PaaS, pengelola sistem tidak lagi perlu memikirkan administrasi infrastruktur dasarnya.

Baca juga: Bagaimana Teknologi Cloud Bisa Bantu Perusahaan Asuransi untuk Berinovasi?

Layanan PaaS yang dipilih masih backward compatible, artinya pengembang aplikasi masih menggunakan bahasa pemrograman, kerangka kerja (framework) dan teknologi kontainer yang sudah digunakan sebelumnya. Namun, kali ini semua platform tersebut dikelola oleh penyedia Cloud Computing, bukan lagi oleh tenaga IT perusahaan.

Ketika memilih strategi ini, perusahaan tidak hanya berinvestasi pada layanan Cloud Computing tetapi juga platform. Karena itu pemilihan platform juga perlu dipertimbangkan dengan baik.

3. Revise/rearchitected

Dalam beberapa kasus, aplikasi bisnis yang dipindahkan ke layanan Cloud mungkin tidak dapat dipindahkan begitu saja ke layanan PaaS yang sudah dipilih tanpa perubahan mendasar, seperti migrasi Refactor. Opsi ini dipilih bila Anda masih ingin memanfaatkan kode aplikasi yang sudah ada, tetapi aplikasi lama ini harus dirombak arsitekturnya (rearchitected) agar dapat memanfaatkan layanan Cloud Computing dengan maksimal.

Opsi Revise mungkin memakan waktu lama dibandingkan opsi lainnya. Pilihan lain, membangun dari awal (Rebuild) mungkin akan lebih mudah dan cepat.

4. Rebuild

Ketika hendak menjalani proses migrasi, pengembang aplikasi Anda mungkin memutuskan bahwa lebih mudah dan murah untuk membangun aplikasi dari awal daripada melakukan revisi. Aplikasi yang dibangun ulang ini akan sepenuhnya menggunakan fasilitas dan fitur dari penyedia PaaS. 

Dalam skenario ini, pengembang memiliki kesempatan untuk membangun aplikasi yang lebih optimal untuk Cloud. Namun di sisi lain, ada risiko ketergantungan pada layanan PaaS yang dipilih. Anda mungkin akan kesulitan untuk migrasi bila perusahaan ingin pindah ke layanan Cloud lainnya. 

5. Replace

Pada strategi ini, perusahaan Anda memutuskan untuk meninggalkan aplikasi lama sepenuhnya dan pindah ke layanan SaaS. Keuntungannya, Anda tidak perlu lagi mengeluarkan biaya pengembangan dan pemeliharaan. Di sisi lain, solusi SaaS juga berisiko ketergantungan (vendor lock-in), dan perusahaan Anda harus mempersiapkan strategi migrasi data bila diperlukan.

Baca juga: Kontainerisasi, Salah Satu Tren Cloud Computing 2021

Apapun strategi yang nantinya Anda ambil, migrasi ke Cloud Computing membutuhkan persiapan yang matang. Sangat penting juga buat memilih mitra penyedia layanan yang dapat memenuhi kebutuhan bisnis Anda. 

Cloudeka dapat membantu Anda untuk migrasi ke teknologi Cloud. Cloudeka menyediakan berbagai jenis layanan mulai dari IaaS, PaaS, maupun SaaS. Untuk informasi dan konsultasi lebih lanjut, please contact us.

Cloudeka adalah penyedia layanan Cloud yang berdiri sejak tahun 2011. Lahir dari perusahaan ICT ternama di tanah air, Lintasarta, menyediakan layanan Cloud baik untuk perusahaan besar maupun kecil-menengah.